-->

"A journey of a thousand miles begins with a single step." by Chinese Proverb

"Walking with a friend in the dark is better than walking alone in the light." by H. Keller

“As you older, you will discover that you have two hands, one for helping yourself, and other for helping others.” by A. Hepburn

ArtikelSaya

Oktober 16, 2024

Setelah Membaca Kisah: Leaf by Niggle - Berapa Daun yang Sudah Kita Capai?

Setelah Membaca Kisah: Leaf by Niggle - Berapa Daun yang Sudah Kita Capai?

Saat J.R.R Tolkien sedang dalam proses menulis The Lord of the Rings selama beberapa waktu, ia tiba di suatu momen kebuntuan. Ia memperoleh suatu visi tentang sejenis kisah yang belum pernah ada di dunia. Sebagai seorang sarjana terkemuka dalam bahasa Inggris Kuno dan bahasa Eropa Utara kuno yang terkemuka, ia tahu bahwa kebanyakan mitos-mitos Inggris kuno tentang penghuni ”Faerie” – peri-peri, kurcaci-kurcaci, raksasa-raksasa dan penyihir-penyihir – telah hilang (tidak seperti mitos-mitos Yunani dan Romawi dan bahkan wilayah Skandinavia. Ia selalu bermimpi untuk menciptakan ulang dan membayangkan ulang seperti apa kelihatannya mitologi Inggris kuno The Lord of the Rings berakar pada dunia yang sudang hilang ini. Proyek ini menuntut diciptakannya setidaknya dasar-dasar beberapa bahasa dan budaya khayalan, serta ribuan tahun sejarah berbagai negara  - semuanya untuk dapat memberi kisah kedalaman dan realisme yang dibutuhkan, yang diyakini Tolkien penting agar cerita itu bisa menarik.

sumber: internet

Saat ia sedang mengerjakan naskahnya, tiba-tiba di suatu tempat di mana kisahnya terpecah menjadi sejumlah subplot. Karakter-karakter utama sedang melakukan perjalan ke berbagai tempat dari dunia imajinernya, menghadapi berbagai jenis bahaya, dan mengalami berbagai peristiwa yang rumit. Sungguh suatu tantangan besar untuk mengembangkan semua kisah ini dengan jelas kemudian menciptakan solusi yang memuaskan bagi masing-masing. Bukan hanya itu, perang dunia ke-dua telah dimulai, dan walaupun Tolkien yang sudah berusia lima puluh tahun tidak dipanggil masuk militer, bayang-bayang gelap peperangan menyerangnya. Ia telah mengalami secara langsung kengerian perang dunia pertama dan tidak pernah melupakannya. Inggris kini dalam posisi yang genting, dengan ancaman serbuan di depan mata. Siapa tahu apakah dia akan tetap bisa bertahan hidup dalam perang itu bahkan sebagai warga sipil?

Ia mulai merasa putus asa, takut tidak bisa menyelesaikan karya terbesarnya dalam hidupnya. Ini bukan hanya pekerjaan yang sudah dilakukan selama beberapa tahun belaka. Saat ia memulai menuliskan The Lord of the Rings, ia sudah mengerjakan Bahasa-bahasa, sejarah-sejarah, dan kisah-kisah di balik ceritanya selama berpuluh-puluh tahun. Adanya pemikiran bahwa ia tidak bisa menyelesaikan adalah ”pikiran yang mengerikan dan membekukan.”

Pada masa itu ada sebatang pohon yang di jalanan dekat rumah Tolkien, pada suatu hari ia bangun tidur dan mendapati pohon itu sudah ditebang dan dipotong-potong oleh seorang tetangganya. Ia kemudian memikirkan mitologinya sebagai ”pohon batiniah”-nya yang mungkin menderita nasib yang sama. Ia telah kehabisan ”penemuan dan energi mental.” pada suatu pagi dia terbangun dengan sebuah kisah pendek dibenaknya dan menuliskannya. Saat harian Dublin Review meminta suatu tulisan darinya, ia mengirimkan kisah itu dengan judul ”Leaf by Niggle.” kisah itu adalah tentang seorang pelukis.

Pada baris-baris awal kisah itu, kita membaca dua hal tentang si pelukis. Pertama, namanya adalah Niggle. Oxford English Dictionary di mana Tolkien adalah salah satu kontributornya, mendefinisikan Niggle “sebagai “bekerja  . . . dengan cara yang bertele-tele atau tidak efektif . . . menghabiskan waktu secara sia-sia pada detail yang sepele.” Niggle adalah tentu saja Tolkien sendiri, yang tahu dengan sangat baik bahwa ini adalah salah satu kekurangannya. Ia adalah seorang perfeksionis, selalu tidak puas dengan apa yang dihasilkannya, seringkali perhatiannya teralih dari isu-isu yang lebih penting dengan meributkan detail-detail yang kurang penting, cenderung mudah khawatir dengan menunda-nunda. Demikian pula Niggle.

Juga diceritakan kepada kita bahwa Niggle “harus melakukan perjalanan panjang. Ia tidak ingin pergi, bahkan ia tidak menyukai keseluruhan ide itu; tetapi ia tidak bisa meloloskan diri.” Niggle terus menundanya, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa menghindari perjalanan itu. Tom Sheppey, yang juga mengajar sastra Inggris kuno di Oxford menjelaskan bahwa dalam sastra Angglo-Saxon ”perjalanan yang panjang harus dilakukan” adalah kematian.

Niggle memiliki suatu gambar khusus yang dicoba untuk dilukisnya. Dalam benaknya ada gambar sepucuk daun kemudian keseluruhan pohonnya. Lalu dalam khayalannya, di balik pohon itu ”suatu negara mulai terbuka”  dan di mana kilasan-kilasan di mana hutan berbaris di atas daratan, dan gunung-gunung yang puncaknya tertutup salju.” Niggle kehilangan minat atas semua gambar yang lain dan untuk mengakomodasi fisinya ia membentangkan suatu canvas yang begitu besar sehingga ia membutuhkan tangga. Niggle tahu dia harus mati, tetapi ia berkata kepada dirinya sendiri, ”setidaknya aku akan menyelesaikan satu gambar ini, gambarku yang sebenarnya, sebelum aku harus pergi ke perjalanan terkutuk ini.”

Jadi ia mengerjakan canvas itu, ”memberi sentuhan di sini, dan menghapus satu bagian di sana,” tetapi ia tidak pernah menyelesaikan banyak hal.  Ada dua alasannya, pertama, karena ia adalah ”jenis pelukis yang bisa melukis dedaunan lebih baik dari pohonnya. Ia terbiasa mengerjakan pada satu pucuk daun. . .” mencoba melukiskan bayangan dan warna dan titik-titik embun sampai benar. Jadi tidak peduli seberapa kerasnya dia bekerja, sangat sedikit yang diselesaikannya di atas kanvas itu. Alasan kedua adalah ”kebaikan hati”-nya. Niggle terus menerus teralih perhatiannya karena banyak tetangganya memintanya melakukan berbagai hal bagi mereka - - dan ia melakukannya. Secara khusus, tetangganya Parish, yang tidak menghargai lukisan Niggle sama sekali, meminta Niggle untuk melakukan banyak hal baginya.

Pada suatu malam, saat Niggle merasa, bahwa waktunya sudah hampir tiba, Parish memintanya untuk keluar dengan kondisi yang hujan dan dingin untuk menjemput dokter bagi istrinya yang sedang sakit. Akibatnya Niggle jatuh sakit, meriang dan demam, dan sementara ia bekerja sekeras mungkin, untuk menyelesaikan gambar yang belum diselesaikan, sang Inspektur menelepon dan sang pengemudi datang membawa Niggle dalam perjalanan yang telah ditundanya. Saat ia menyadari, bahwa dia harus pergi, tangisnya meledak ”ya, ampun!” ujar Niggle yang malang dan mulai menangis, padahal gambar ini belum selesai. beberapa waktu setelah kematiannya orang-orang membeli rumahnya memperhatikan bahwa di atas kanvas itu ”satu daun yang cantik” yang tetap utuh. Lukisan itu dibawa ke museum kota, ”dan setelah sekian lama” Leaf by Niggle hanya tergantung di sebuah tempat tersembunyi, dan hanya dilihat sedikit orang.

Tetapi kisahnya tidak berhenti di situ. Setelah meninggal Niggle ditempatkan suatu kereta api ke arah gunung kehidupan sorgawi pada suatu titik perjalanannya, dia mendengar dua suara. Yang satu tampaknya adalah keadilan, suara yang berat, yang mengatakan bahwa Niggle membuang begitu banyak waktu sia-sia dan hanya menyelesaikan sedikit hal dalam hidupnya. Tetapi suara yang lain, yang lebih lembut, yang tampaknya adalah kemurahan, menanggapi bahwa Niggle telah memilih berkorban bagi sesama. Tahu dengan jelas apa yang dilakukannya. Sebagai imbalannya, saat Niggle ditempatkan di pinggiran negeri sorgawi, ia tiba-tiba sesuatu agak di pinggir. Ia tak bisa menghadapnya, berdirilah pohon itu, selesai terlukis; daun-daunnya terbuka; ranting-rantingnya berkembang dan meliuk tertiup angin yang telah begitu sering Niggle rasakan atau khayalkan, namun begitu sering gagal ditangkapnya. Ia memandangi pohon itu, dan perlahan-lahan ia mengangkat tangannya dan membukanya lebar-lebar ’ini adalah anugerah!’ ujarnya.

Dunia sebelum kematian - - negerinya yang lama - - sudah hampir melupakan Niggle sama sekali. Dan di sana, karyanya tanpa terselesaikan dan hanya bermanfaat untuk sedikit orang. Tetapi, di negerinya yang baru dunia nyata secara permanen, ia mendapati bahwa pohonnya, dalam detail yang penuh dan selesai. bukan hanya khayalannya semata yang telah mati bersamanya. Tidak, pohon itu benar-benar bagian dari Realitas yang Nyata yang akan hidup dan dinikmati selamanya.

Saya telah menceritakan kisah ini berkali-kali kepada orang diberbagai profesi - - terutama kepada seniman dan orang-orang lain  di bidang kreatif - - dan terlepas dari keyakinan mereka tentang Allah dan dunia setelah kematian, mereka seringkali sangat tersentuh. Tolkien memiliki pemahaman yang sangat Kristiani tentang seni dan, sebenarnya tentang segala jenis pekerjaan. Ia percaya bahwa Allah memberikan kita talenta-talenta dan karunia-karunia sehingga kita bisa saling melakukan bagi satu sama lain apa yang Dia ingin lakukan bagi kita dan melalui kita. Para seniman literatur mengisi hidup orang dengan makna melalui kisah-kisah mengekspresikan hakikat realitas. Niggle yakin bahwa pohon yang telah ”dirasakan dan dikhayalkan” adalah ”suatu bagian nyata dari ciptaan” dan bahwa walaupun sedikit dari pohon itu yang diungkapkannya kepada orang-orang di dunia, itu adalah bagian dari suatu visi akan kebenaran. Tolkien sangat terhibur dengan kisahnya sendiri, seperti yang diungkapkan oleh seorang penulis biografinya Humphrey Carpenter. Kisah itu menolong ”mengusir sejumlah ketakutan yang dirasakan Tolkien” dan membuatnya mampu bekerjanya lagi. Walaupun pun persahabatan dengan dan desakan penuh kasih dari C.S Lewis juga menolongnya kembali menulis.

Para seniman dan para pengusaha bisa mengenal diri mereka pada sosok Niggle. Mereka bekerja berdasarkan visi yang sangat besar, akan suatu dunia yang mereka bayangkan secara unik. Hanya sedikit yang mewujudkan visi mereka dalam persentase yang signifikan dan lebih sedikit yang menyatakan hampir mencapainya. Orang-orang yang sangat cenderung perfeksionis dan teratur seperti Tolkien sendiri, juga bisa sangat mengenali dalam karakter Niggle. Tetapi sebenarnya - - setiap orang adalah Niggle. Setiap orang membayangkan dirinya mencapai sesuatu, dan setiap orang menemukan diri mereka sangat tidak mampu untuk mencapainya. Setiap orang ingin berhasil daripada dilupakan, dan setiap orang ingin menghasilkan sesuatu yang berbeda dalam hidup, tetapi hal itu diluar kendali setiap kita. Jika kehidupan ini hanya berlandaskan pada apa yang ada, maka segala sesuatu akhirnya akan terbakar ketika matahari mati dan tidak ada seorang pun akan ada mengingat untuk mengingat apapun yang telah terjadi. Setiap orang akan dilupakan, apa pun yang kita lakukan tidak akan membuat perbedaan, dan semua perbuatan baik, bahkan yang terbaik, akan sia-sia.

Kecuali ketika ada Allah. Jika Allah dalam alkitab ada, dan realitas nyata di bawah dan di balik realitas sekarang ini, dan hidup ini bukan hanya satu-satunya kehidupan, maka setiap perbuatan baik, bahkan paling sederhana pun, dilakukan sebagai respon atas panggilan Allah, bisa bermakna selamanya. Itulah yang dijanjikan oleh iman Kristen, ”dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” tulis Paulus dalam surat pertama kepada jemaat Korintus Pasal 15,  ayat 58. Ia berbicara pelayanan Kristen. Tetapi kisah Tolkien bahwa hal ini juga bisa berlaku dalam jenis pekerjaan. Tolkien telah menyiapkan dirinya melalui iman Kristen, untuk suatu pencapaian sederhana di mata dunia ini. Ironisnya, ia menghasilkan sesuatu yang oleh begitu banyak orang suatu karya jenius, yaitu salah satu buku terlaris sejarah dunia.

Atau katakan saja Anda seorang pengacara, dan anda memasuki dunia hukum karena Anda memiliki suatu visi akan keadilan dan suatu visi akan suatu masyarakat yang berkembang dan diatur oleh kesetaraan dan kedamaian. Tetapi, dalam waktu 10 tahun Anda akan sangat kecewa, karena Anda akan mendapati walaupun Anda berusaha keras mengerjakan hal-hal yang penting begitu banyak yang Anda kerjaan ternyata adalah hal-hal yang sepele. Sekali atau dua kali dalam hidup Anda, mungkin merasa bahwa Anda akhirnya berhasil, menyelesaikan sepucuk daun.

Apapun pekerjaan-pekerjaan Anda perlu tahu ini ”di sana benar-benar ada sebuah pohon, apapun Anda cari dalam pekerjaan - - kota yang penuh keadilan dan kedamaian, dunia cemerlang dan indah, kisah, keteraturan, kesembuhan - - ada di sana. Ada Allah, ada dunia yang sudah disembuhkan di masa depan yang akan diwujudkannya, dan Dia akan melakukannya sebagian melalui Anda. Tetapi pasti, keseluruhan pohon yang Anda cari - - keindahan, keselarasan, keadilan, penghiburan, sukacita, dan komunitas – akan terwujud. Jika Anda mengetahui semua ini, Anda tidak akan putus asa karena anda hanya mewujudkan satu atau dua daun dalam hidup ini. Anda akan bekerja dalam penuh kepuasan dan sukacita. Anda tidak akan sombong karena keberhasilan atau terpukul oleh kemunduran. 

Sumber:

Keller, Timothy. Apakah Pekerjaan Anda Bagian dari Pekerjaan Allah? Literatur Perkantas Jawa Timur


April 23, 2024

Uji Chi-Square: Pengetian, Syarat, Rencana Analisi, dan Uji Statisik dan Interpretasi

Uji Chi-Square: Pengetian, Syarat, Rencana Analisi, dan Uji Statisik dan Interpretasi

Para peneliti sering kali berupaya membandingkan frekuensi yang diamati dari suatu fenomena dengan frekuensi yang diharapkan atau frekuensi yang dihipotesiskan. Perhitungan dengan menggunakan Chi-square dapat diterapkan jika kita memiliki satu kategori variabel dari satu populasi. Chi-kuadrat digunakan untuk menentukan apakah data sampel yang diperoleh konsisten dengan distribusi yang diperkirakan (dihipotesikskan).

Uji chi-kuadrat merupakan suatu metode statistik nonparametrikyang berarti data berdistribusi secara bebas. Hal ini berarti tidak diperlukan adanya asumsi mengenai bentuk dari populasi yang sesungguhnya dari mana sampel ditarik. Harap diperhatikan bahwa seluruh uji statistik parametrik dilakukan dengan asumsi bahwa sampel diambil dari data dengan distribusi normal. Metode chi-square digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah pola frekuensi yang diamati telah sesuai dengan apa yang diharapkan.

Prosedur pengujian chi-kuadrat dapat digunakan jika sejumlah kondisi terpenuhi, yaitu:

  1. Metode sampling yang digunakan adalah sampling acak sederhana (simple random sampling).
  2. Jumlah populasi setidaknya adalah 20 kali lebih besar daripada sampel.
  3. Variabel yang diteliti bersifat kategori
  4. Nilai yang diharapkan dari masing – masing level variabel sekurang – kurangnya 5. 

Prosedur perhitungan chi-kuadrat terdiri dari lima tahap:

  1. Merumuskan hipotesis
  2. Merumuskan suatu rencana analisis
  3. Analisis sampel
  4. Uji statistik
  5. Interpretasi hasil

Merumuskan hipotesis. Setiap uji hipotesis menuntut peneliti untuk menyatakan satu hipotesis nol dan satu hipotesis alternatif. Hipotesis harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga mereka bersifat eksklusif satu sama yang lainnya. Jadi jika salah satu hipotesis benar, maka hipotesis lainnya salah, begitu pula sebaliknya. Adapun ketentuan merumuskan hipotesis adalah sebagai berikut:

H0: Data konsisten dengan distribusi yang ditentukan.

Ha: Data tidak konsisten dengan distribusi yang ditentukan

Secara khusus, hipotesis nol menyatakan suatu observasi atau pengamatan pada setiap level dari variabel kategoris. Hipotesis alternatif menyatakan pengamatan tersebut tidak benar.

Rencana Analisis

Suatu rencana analisis berfungsi menjelaskan bagaimana menggunakan data sampel untuk menerima atau menolak hipotesis. Rencana analisis harus menjelaskan dua elemen yaotu level signifikan dan metode pengujian. Dalam hal level signifikan seringkali memilah level signifikan, misalnya 0,01, 0,05, 0,10, setiap nilai antara 0 dan 1 dapat digunakan. Metode pengujian yang digunakan chi-square yang berfungsi untuk menentukan apakah frekuensi sampel yang diteliti berbeda secara signifikan dari frekuensi yang diharapkan pada hipotesis.

Analisis Sampel

Dengan menggunakan data yang diperoleh dari sampel maka Selanjutnya kita harus menentukan derajat kebebasan (degree of freedom), frekuensi yang diharapkan, uji statistik dan nilai P dari uji statistik dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

Derajat kebebasan dalah sama dengan jumlah level (k) dari variabel kategori dikurangi 1, jadi df = k -1. Jumlah frekuensi yang diharapkan pada setiap level variabel kategori adalah sama dengan ukuran sampel dikalikan dengan proporsi dari hipotesis nol.

Ei = npi

Ei = frekuensi yang diharapkan untuk level ke i dari suatu variabel kategoris, n ukuran sampel total dan pi adalah hipotesis dari jumlah observasi pada level i

Uji statistik

Uji statistik yang digunakan adalah variabel acak chi-kuadrat yang memiliki simbol X2 melalui rumus berikut:

Di mana O¡ adalah frekuensi yang diamati untuk level ke ¡ dari satu variabel kategoris, dan E¡ adalah frekuensi yang diharapkan untuk level ke - ¡ dari suatu variabel kategoris. Suatu nilai P adalah probabilitas pengamatan suatu sampel statistik dengan tingkat paling tinggi (ekstrem) uji statistik. Karena uji statistik yang digunakan adalah chi – square, maka digunakan perhitungan distribusi chi – square untuk menilai kemungkinan yang berhubungan dengan uji statistik. Gunakan derajat kebebasan (degree of freedom) yang telah ditentukan sebelumnya.

Interpretasi hasil

Jika temuan diperoleh dari sampel tidak memungkinkan, dengan mempertimbangkan hipotesis nol, peneliti menolak hipotesis nil. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai P dengan tingkat signifikan dan menolak hipotesis nol ketika nilai P kurang dari level signifikan.

 

Saran Buku Bacaan:

Morissan, 2012. Metode Penelitian Survei

Bagi kalian yang ingin mentahui cara dan langkah-langkah Aplikasi Pengolah Data (SPSS, STATA, MINITAB, JASP, dll) silahkan kunjungi Channel ini: Bonar Situmorang


April 20, 2024

APA ITU KELAS PEKERJA BARU (NEW WORKING CLASS)

APA ITU KELAS PEKERJA BARU (NEW WORKING CLASS)

Selama tahun 1960-an, Sosiologi Prancis S. Mallet (1963), A. Gorz (1964) dan A. Touraine (1969) menyatakan bahwa evolusi teknologi produksi telah menciptakan segmen baru dalam kelas pekerja. Kelas pekerja baru terdiri dari orang yang dipekerjakan dalam industry teknologi tinggi yang maju. Ditegaskan bahwa teknologi tinggi memerlukan pekerja yang lebih berpendidikan, pekerjaan yang terorganisir dalam tim kerja komunal, dan pekerja yang terintegrasi dengan perusahaan. Perubahan ini membutuhkan militansi industry dan juga sosial yang lebih besar – yaitu kesadaran kelas – karena berbagai kontradiksi kapitalisme kian terlihat nyata.

            Suatu kontradiksi bahwa kelas baru ini dianggap menderita adalah kontradiksi antara produksi komunal barang-barang dan pendapatan keuntungan pribadi. Tingkat pendidikan kerja yang tinggi berarti bahwa Angkatan kerja baru memahami bagaimana proses produksi terjadi dan bahwa mereka mempunyai kendali sesungguhnya atas proses kerja ini. Kerja tim memberi mereka sifat produksi komunal.  Kontradiksi kedua adalah kesenjangan antara keahlian, tanggung jawab atau pelatihan mereka dengan ketidakmampuan mereka untuk mempengaruhi kebijakan perusahaan. Mallet and Gorz berpendapat bahwa kelas baru ini terdiri dari pekerja kasar yang terampil, teknisi halus, dan profesional yang mengoperasikan teknologi baru.

Ada beberapa ritik baru yang kini didiskreditkan.

  1. Penelitian lain menunjukkan bahwa pekerja teknologi tinggi mungkin memiliki sedikit kendali atau pemahaman atas proses-proses baru itu. D. Galiie (1978) menemukan bahwa kebanyakan pekerja kasar diempat kilang minyak Prancis dan Inggris tak lebih tenaga kerja semi-terampil. Penurunan tingkat keterampilan (de-skilling), dapat terjadi pada teknologi tinggi seperti terjadi juga pada kasus yang lain.
  2. Pada kenyataan banyak variasi diantara tingkatan keterampilan dan tanggung jawab kelompok menyusun kelas pekerja baru, bahkan diantara kategori yang tampaknya homogen seperti teknisi.
  3. Pada era 1970-an, kelas pekerja baru Prancis menjadi kurang radikal dan militant daripada pekerja tradisional, serta berdamai dengan kapitalisme. Perlu juga dicatat bahwa R. Blauner (1964) berpendapatan bahwa pekerja dalam sistem otomatis di Amerika tidak begitu teralineasi seperti yang lain, walaupun pandangan ini telah dikritik.

Bacaan tambahan: pahami konsep alienation, automation, post-industrial society dari (Rose, M. 1979).


Bagi kalian yang ingin mentahui cara dan langkah-langkah Aplikasi Pengolah Data (SPSS, STATA, MINITAB, JASP, dll) silahkan kunjungi Channel ini: Bonar Situmorang


April 16, 2024

Anak Sosiologi Wajib Tahu: Chicago School & Frankfurt School

Anak Sosiologi Wajib Tahu: Chicago School & Frankfurt School

Perkembangan ilmu sosial banyak dipengaruhi atau bahkan dimulai dari dua mazhab atau school, yani Chicago School dan Frankfurt School. Pemikiran ini dilandasari berbagai hal atas pengamatan situasi pada masa itu. Pada artikel ini saya akan menjelaskan tentang kedua mazhab tersebut.

1. Chicago School (Mazhab Chicago)

Pada masa antara perang dunia kedua, sosiologi Amerika didominasi oleh University of Chicago yang menghasilkan banyak karya Sosiologi dan mendidik banyak mahasiswa yang selanjutnya mengajar di universitas Amerika lain. Walaupun mazhab Chicago menaruh perhatian yang luas dalam berbagai topik, baik dalam teori atau penelitian empiris, mereka terkenal dalam Sosiologi perkotaan dan pendekatan interaksionalisme simbolik. Karena terkesan kemajuan pesat dari mazhab Chicago,masuknya berbagai bangsa, ras, dan agama, serta karena dipengahuri pemikiran humaniora, sejumlah Sosiolog terutama E. Burgess, R. Mackenzie, R. Park, dan L. Wirth mengembangkan teori perkotaan yang khas sementara para mahasiswa mereka menyelenggarakan kajian mendetail mengenai kota itu.

Asumsi dominan dalam teori itu adalah bahwa kota menunjukkan cara hidup yang lebih radikal daripada pedesaan. Teori ini didasarkan pada prinsip ekologi kurban (urban ecology), yaitu bahwa tekanan dan kekuatan-kekuatan yang berkompetisi dalam satu ruang terbatas menciptakan sejumlah wilayah secara alami yang masing-masing dihuni oleh kelompok sosial yang berbeda.

Wilayah dan kelompok itu menjadi subjek penelitian yang kemudian melahirkan studi tentang antara lain hobo, skid row, keluarga negro, dan ghetto Yahudi. Studi ini didasarkan pada etnografi, sebuah metode yang juga digunakan untuk mempelajari seluk beluk pekerjaan di kota: musisi, dokter, pelayan restoran, misalnya.

George H. Mead

Penelitian kualitatif menjadi yang paling utama dilakukan dan tentu saja pengamatan partisipasi. Tradisi etnografi di Chicago sering dikaitkan dengan interaksionalisme simbolik, yakni kajian mengenai wilayah perkotaan, kelompok  sosial dan pekerjaan didasarkan pada konstruksi identitas yang dihasilkan oleh interaksi antara persepsi orang lain pada dirinya. Perhatian ini didukung teori mula-mula dari W. Thomas kemudan George H. Mead yang lebih penting. Dalam waktu yang sama, ada penekanan utama oleh karya W. F. Ogburn tentang kumpulan informasi statistik mendetail dari komunitas lokal.

2. Frankfurt School (Mazhab Frankfurt)

          Sebuah gerakan yang berpengaruh dalam Marxisme kontemporer. Mazhab Frankfurt adalah sekelompok ilmuwan sosial yang bekerja pada The Institute of Social Research (1923 – 1950) yang berhubungan dengan University of Frankfurt. Keanggotaan mazhab ini didominais oleh orang Yahudi sehingga sebagai sebuah kelompok mereka hidup dalam pembuangan selama kekuasaan Nazi. Institusi itu berpindah ke Colombia University, New York, kemudian kembali ke Frankfurt pada tahun 1949.

Walaupun menonjol ada tulisan-tulisan teoritis mengenai epistemologi, Marxisme dan Kebudayaan, kelompok itu melakukan penelitian empiris yang penting di Amerika mengenai rasisme dan prasangka yang diterbitkan dalam The Authoritarian Personality (1950). Tokoh penting dalam kelompok itu antara lain Adorno, Benjamin, E. Fromm, M. Horkheimer dan Marcuse.

Theodor W. Adorno

Anggota Mazhab Frankfurt memiliki banyak minat dan sumber pengaruh. Mereka terutama terpengaruh oleh pemikiran Marx, tetapi berutang intelektual juga kepada Freud dan Weber. Mereka melakukan penelitian mengenai audiens musik, sastra, dan radio pada satu sisi terlibat dalam kajian teoritis mengenai epistemologi dan teori ilmu sosial di sisi lain. Prinsip utama dari argumen mereka dalah sebagai berikut:

  1. Kritik terhadap kapitalisme tingkat lanjut. Anggota-anggota Mazhab Frankfurt menggabungkan analisis Marx tentang kapitalisme dengan analisis rasionalisasi Weber. Walaupun rasionalisasi bermula sejak masyarakat pra-kapitalis, mereka berpendapat bahwa kedua bentuk sosial itu telah berkelindan: rasionalisasi menyediakan sarana untuk mencapai tujuan kapitalisme. Mazhab Frankfurt memandang masyarakat kontemporer secara pesimistik: rasionalisasi menyediakan disiplin yang keras sementara kapitalisme memberikan sehimpun hubungan sosial yang eksploitatif. Meskipun ada banyak tenakanan, anggota mazhab ini melihat sedikit kemungkinan akan adanya perubahan sosial revolusioner.
  2. Kritik terhadap ekonomisme. Mazhab Frankfurt ini menggunakan pandangan Marxisme dalam mengusulkan sintesis Marx dan Weber. Dalam mengkritik ekonomisme, mereka mengeluhkan beberapa teori versi toeri Marxis terutama teori yang memandang sekonomi sebagai satu-satunya kekuatan dalam perubahan sosial. Hasilnya adalah penekana pada peran kebudayaan yang lebih besar dari Marxis lain.
  3. Kritik terhadap positivisme. Anggota mazhab Frankfurt mengkritik epistemologi yang mereka anggap mendominasi masyarakat Barat, yaitu positivisme, yang mengganggap pengetahuan berakar pada, dan diuji oleh, kecerdasan. Mereka agak mendukung rasionalisme yang mana dialektika pemikiran menyingkap arus kontradiksi yang diselesaikan hanya untuk kembali muncul dalam selubung baru.
  4. Hubungan dengan Freud: Inovasi teoritis mereka yang lain adalah penyatuan psikoanalisis terutama psikoanalisis Fredian ke dalam pemikiran mereka tentang masyarakat. Hal ini menunjukkan variasi lain Marxisme: teori tentang kebutuhan dan hasrat manusia dibutuhkan untuk melengkapi teori struktural masyarakat.

Referensi:

Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. (2010). Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bagi teman - teman yang ingin mentahui cara dan langkah-langkah Aplikasi Pengolah Data (SPSS, STATA, MINITAB, JASP, dll) silahkan kunjungi Channel ini: Bonar Situmorang

 

April 10, 2024

DESAIN PENELITIAN KUALITATIF (Review Buku: John W. Creswell and Cheryl N. Poth,  2007)

DESAIN PENELITIAN KUALITATIF (Review Buku: John W. Creswell and Cheryl N. Poth, 2007)

Merancang Sebuah Studi Kualitatif

Menjelaskan framework kualitatif, peneliti sering menggunakan istilah konstruktivis, interpretatif, feminis, dan post-modernis. Pendekatan kualitatif yang sering digunakan adalah penelitian naratif, fenomenologi, teori dasar, etnografi, dan studi kasus. Ciri – ciri dari masing-masing pendekatan ini akan dijelaskan dalam tulisan ini. Salah satu desain penelitian yang disampaikan penulis dalam bukunya yang lain (diterjemahkan dari Creswell & Creswell, 2018, p. 12) ada penelitian naratif, fenomenologi, grounded theory, etnograpi, dan studi kasus. Semua jenis ini tujuannya adalah sama untuk menghasilkan penelitian yang terbaik.

Karakteristik Penelitian Kualitatif

Dalam bab ini penulis menggunakan dua pengertian penelitian kualitatif. Pertama pengertian dari Denzin dan Lincoln (1994, 2000, 2005, 2011: hal 3), penelitian kualitatif adalah aktivitas yang menempatkan pengamat di dunia. Penelitian ini terdiri dari serangkaian praktik interpretatif dan material yang membuat dunia semakin terlihat. Praktik ini mengubah dunia menjadi serangkaian representasi, termasuk catatan lapangan, wawancara, percakapan, foto, kamera, dan memo untuk diri sendiri.

Pada tingkat ini, penelitian kualitatif melibatkan pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap dunia. Artinya peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu dalam latar alaminya, berupaya memahami, atau menafsirkan, fenomena berdasarkan makna yang diberikan orang terhadap fenomena tersebut (hal. 43). Menurut (ditermahkan dari Denzin & Lincoln, 2008, hal. 4) kualitatif dikembangkan menggunakan dan dikumpulkan dengan berbagai materi empiris – studi kasus personal empiris, intropeksi, pengalaman hidup wawancara, artifaktual, produksi dan teks, observasi, historikal, interaksional, dan visual teks - mendeskripsikan kebiasaan dan permasalahan serta memahami kehidupan level individu.   

John Creswell

Kedua, penulis mendefenisikan penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi dan penggunaan kerangka interpretasi/teori yang menginformasikan studi tentang masalah penelitian yang membahas makna yang dianggap berasal dari suatu masalah sosial atau kemanusiaan oleh individu atau kelompok. Untuk mempelajari masalah ini, peneliti kualitatif menggunakan pendekatan pengumpulan data dalam lingkungan alami yang sensitif terhadap orang dan tempat yang diteliti, dan analisis data yang bersifat induktif dan deduktif serta menetapkan pola atau tema. Laporan atau presentasi tertulis akhir mencakup suara peserta, refleksivitas peneliti, deskripsi kompleks dan interpretasi masalah, dan kontribusinya terhadap literatur atau seruan untuk perubahan (hal. 44).

Ada perkembangan pengertian metode penelitian kualitatif seiring dengan berjalannya waktu. Ini ditempatkan pada konteks sosial, politik, budaya, konteks peneliti (hal. 44 – 45). Tabel 1 dalam review ini merupakan beberapa karakteristik umum penelitian kualitatif, disusun bukan berdasarkan urutan kepentingan tertentu (hal. 45).

  1. Natural settingpeneliti kualitatif mengumpulkan informasi dari orang-orang terdekatmengamati orang-orang yang diteliti dan berperilaku sesuai dengan konteksnya. Penelitian ini dilakukan dengan tatap muka (face to face).
  2. Researcher as key instrumentMengumpulkan data dari dokumen, mengamati perilaku, dan wawancara. Peneliti menggunakan instrumen sendiri.
  3. Multiple method. Peneliti mengumpulkan berbagai bentuk data, misalnya wawancara, observasi, dan dokumen.
  4. Complex reasoning through inductive and deductive logic. Peneliti kualitatif menggunakan keterampilan penalaran yang kompleks sepanjang proses penelitian.
  5. Participant meaning. Peneliti tetap fokus mempelajari makna yang diyakini partisipan mengenai masalah atau persoalan, bukan makna yang dibawa peneliti.
  6. Emergent design. peneliti menggunakan desain yang fleksibel, menyesuaikan dengan proses pengumpulan data.
  7. Reflexivity Peneliti dengan jelas “memposisikan diri” latar belakang, pengalaman budaya dan sejarah saat proses penelitian.
  8. Holistic account. Peneliti mengembangkan gambaran kompleks tentang permasalahan atau isu yang diteliti. Peneliti tidak terikat atas hubungan sebab-akibat yang erat antar aktor, namun mengidentifikasi interaksi kompleks dari faktor dalam situasi apapun.

Tabel 1. Karakteristik Penelitian Kualitatif

Karakteristik

LeCompte & Scencul

Hatch (2002)

Marshall & Rossman)

Dilakukan di lapangan (field)

Ya

Ya

Ya

Peneliti sebagai instrument kunci

 

Ya

 

Menggunakan berbagai metode

Ya

 

Ya

Melibatkan penalaran komples antar induktif dan deduktif

Ya

Ya

Ya

Fokus pada perspektif, makna, dan pandangan subjektif partisipan

Ya

Ya

 

Terletak pada konteks atau pengaturan peserta/sosial/politik/historis

Ya

 

Ya

Melibatkan desain yang muncul dan berkembang

 

Ya

Ya

Reflektif dan interpretative

 

 

Ya

Menyajikan gambaran holistik dan kompleks

 

Ya

Ya

Kapan Menggunakan Penelitian Kualitatif

Menggunakan penelitian kualitatif karena ada isu atau masalah yang ingin dieskplorasi, untuk mempelajari suatu kelompok atau populasi, mengidentifikasi variabel yang tidak mudah diukur, dan mendengarkan suara-suara yang dibungkam (hal. 48). Penelitian kualitatif digunakan ketika ingin pertama memberdayakan individu (empower individuals) berbagi cerita, mendengar suara mereka, dan meminimalkan hubungan kekuasaan yang sering terjadi antara peneliti dan partisan dalam sebuah penelitian. Kedua, ketika ingin menulis dalam gaya sastra yang fleksibel yang menyampaikan cerita, puisi, tanpa batasan struktur penulisan akademis formal. Ketiga ketika menggunakan penelitian kualitatif untuk menindaklanjuti penelitian kuantitatif dan membantu menjelaskan mekanisme (explain the mechanism) dan keterkaitan dalam teori atau model sebab akibat. Keempat, untuk mengembangkan teori ketika teori bersifat parsial atau tidak memadai untuk populasi tertentu. Kelima, menggunakan metode ini ketika pengukuran kuantitatif dan analisis statistik tidak sesuai dengan permsalasahan (fit the problem). Menurut (Guest, Namey, & Mitchell, 2013, hal. 22) bahwa menggunakan penelitian kualitatif ketika untuk identifikas dan mengeksplore, deskripsi, evaluasi dan asesement. Pendapat ini menambah beberapa alasan untuk menggunakan dengan metode kualitatif.

Studi yang Luar Biasa Membutuhkan dari 'Kami'

Penelitian kualitatif diperuntukkan bagi peneliti yang bersedia melakukan hal-hal berikut (hal 49):

  1. Berkomitmen menghabiskan banyak waktu di lapangan.
  2. Terlibat dalam proses analisis data yang kompleks dan membutuhkan waktu untuk mendapatkan dan memilah data ke dalam beberapa tema atau kategori.
  3. Menulis dengan panjang dan perlu menunjukkan berbagai perspektif.
  4. Berpartispasi dalam bentuk penelitian ilmu sosial dan kemanusiaan yang tidak memiliki pedoman atau prosedur khusus yang tegas dan terus berkembang serta berubah.

Proses Desain Studi Kualitatif

Penulis menyampaikan tiga poin utama dalam proses desain studi kualitatif yaitu: pertama, pertimbang awal sebelum memulai penelitian, kedua langkah-langkah yang dilakukan selama melakukan penelitian, ketiga unsur-unsur yang mengalir melalui seluruh tahapan proses penelitian (hal. 49 & 50).

Pertimbangan Awal (Preliminary Considerations)

Semua peneliti memulai dari suatu isu atau masalah, memeriksa literatur dengan cara tertentu, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data dan menganalisis, serta menulis laporan. Penulis sepakat dengan konsep kongruensi metodologis (methodological congruence) yang dikemukakan oleh Morse and Richards (2002) – bahwa tujuan, pertanyaan, dan metode penelitian semuanya saling berhubungan sehingga penelitian tampak sebagai suatu keseluruhan yang kohesif dan bukan terfragmentasi (hal. 50). Denzin dan Lincoln (2011) menyebut peneliti sebagai “subjek multikultural” dan memandang sejarah, tradisi, dan konsepsi diri, etika dan politik sebagai titik awal untuk penelitian.

Langkah-langkah dalam Proses

Dalam proses peneliti membawa topik atau bidang penelitian substantif, dan telah meninjau literatur tentang topik tersebut (hal.51). Untuk mempelajari topik ini perlu membuat pertanyaan penelitian terbuka (open-ended research questions) dan berbicara dengan beberapa individu. Selanjutnya mengumpulkan berbagai sumber data (variety of sources of data). Empat sumber dasar informasi kualitatif: wawancara, observasi, dokumen, dan materi audio visual. Langkah berikutnya adalah menggunakan sumber ini berdasarkan pertanyaan terbuka tanpa banyak struktur dan dengan mengamati serta mengumpulkan dokumen. Setelah mengatur data, kemudian menganalisis (analyze) dengan mengerjakan induktif apakah itu perspektif yang khusus ke perspektif yang umum, seperti kode, kategori, dan tema. Kemudian mengerjakan dengan cara deduktif untuk mengumpulkan bukti yang sesuai dengan tema dan interpretasi. Kemudian saat menulis, bisa dengan berbagai bentuk narasi (form of narrative). Selanjutnya melakukan analisis ke dalam tingkat abstraksi berupa kode, tema, keterkaitan tema, hingga model data. Pada akhirnya, membahas temuan dan membandingkan temuan dengan pandangan pribadi, literatur, dan model-model baru.

Berikut ini adalah daftar tentang karakteristik penelitian kualitatif yang “baik” menurut penulis (hal. 53-55):

  1. Peneliti menerapkan prosedur pengumpulan data yang teratur
  2. Peneliti menyusun penelitiannya dalam asumsi dan karakteristik pendekatan kualitatif terhadap penelitian.
  3. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Untuk peneliti pemula direkomendasikan untuk menggunakan satu pendekatan.
  4. Peneliti memulai dengan satu fokus atau konsep yang sedang dieskplorasi.
  5. Studi penelitian ini mencakup metode terperinci, pendekatan yang teratur terhadap pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan.
  6. Peneliti menganalisis data menggunakan berbagai tingkat abstraksi.
  7. Peneliti menulis secara persuasif sehingga pembaca merasakan “berada di sana” atau disebut dengan istilah verisimilitude.
  8. Peneliti mencerminkan sejarah, budaya dan pengalaman pribadi peneliti.
  9. Penelitian kualitatif dalam penelitian yang bersifat etis. Peneliti menyadari dan membahas dalam penelitian dengan etika yang berlaku.  

Tulisan ini adalah review buku dari Buku Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Approaches (John W. Creswell and Cheryl N. Poth,  2007). Khusus pada Chapter 3. Silahkan dibaca bukunya agar lebih bisa memahami. 

 

Jika kalian membutuhkan tutorial Aplikasi Pengolah Data seperti SPSS, STATA. CS-PRO, JASP, dll bisa berkunjung ke Channel ini ya: EdukasiAppData

 

November 20, 2023

Uji-t: Memahami Tujuan, Konsep, dan Syarat

Uji-t: Memahami Tujuan, Konsep, dan Syarat

Uji-t digunakan untuk menguji secara statistik apakah nilai rata-rata dari dua skor sampel memiliki perbedaan yang berarti (signifikan) secara statistik. Tokoh yang pertama kali mengembangkan tes ini adalah William Sealy Gosset pada tahun 1908 di Inggris. 
sumber foto: https://www.facebook.com/pedromics

Fokus penulisan ini adalah uji-t dua sampel independen (independent sample t-test) dan uji-t sampel berpasangan (paired sample t-test). Uji-t dua sampel independen digunakan ketika peneliti hendak membandingkan nilai skor rata-rata pada variabel pada variabel kontinu dari dua kelompok sampel yang berbeda. Contoh pertanyaan yang bisa dijadikan dalam kasus ini adalah apakah terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan tentang pendapatan bulanan mereka. Dua variabel ini penelitian ini terdiri atas sebuah variabel independen kategori (laki-laki dan perempuan) dan sebuah variabel dependen (pendapatan bulanan).

Contoh uji-t sampel berpasangan (paired-sample t-test) bertujuan untuk membandingkan skor rata-rata (mean score) kelompok sampel yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda. Variabel penelitian yang menggunakan t-test sampel berpasangan perlu diukur dalam bentuk variabel skala interval dan berdistribusi normal/sebaran data normal. Contoh kasus:  seorang peneliti ingin mengukur tingkat kemampuan mahasiswa Sosiologi pada awal semester. Kemudian peneliti tersebut melakukan tes kepada mahasiswa. Setelahnya, peneliti memberikan berbagai peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang Sosiologi selama 1 semester. Setelah 1 semester lewat, peneliti tersebut melakukan tes kampuan kepada setiap mahasiswa. Untuk kasus ini, peneliti menggunakan uji-t berpasangan.

Syarat Penggunaan Uji-t

Data yang diuji dengan menggunakan uji-t harus berdistribusi normal dan nilai variansi kedua kelompok harus homogen. Jika data tidak berdistribusi normal, dapat menggunakan tes statistik non-parametrik yakni menggunakan Tes-Mann Whitney


Sumber: Bandur, A., & Prabowo, H. (2021). Penelitian Kuantitatfi Metodologi, Desain, dan Analisis dengan SPSS,  AMOS & Nvivo. Bogor: Mitra Wacana Media

Tutorial uji statistik, klik link di bawah:

Maps And Contact

Hubungi saya di