MENGENAL SEBUAH "BUKU"
Aku pernah hanyut dan terbawa arus mempelajari sebuah buku,
bertahun – tahun lamanya. Lembar demi lembar aku kecap buku itu dalam sebuah
pengalaman. Prinsip bagiku, jika satu lembar saja buku itu tidak aku pahami
maka aku akan kebingungan lembar – lembar berikutnya. Layaknya sebuah buku yang
ditulis oleh seorang yang terkenal ingin kusampaikan bahwa buku ini layak dan
pantas dijadikan sebagai pengalaman yang sangat berharga. Pun jauh hari sebelumnya,
aku ketahui ini hanya akan membuat kisah klise dalam hidupku.
Awalnya buku ini berasal dari sebuah kota yang sangat jauh.
Terpendam dalam lautan ketidaktahuan. Hingga rasa ingin tahu, penulis dan buku dipertemukan
dalam sebuah univeritas kehidupan yang sarat dengan tantangan. Ingin mendapatkan
buku itu saja penulis harus mengayuh di jalan yang berkerikil, jatuh, dan
sesekali aku geram dengan banyak kondisi. Sebut saja bahwa buku itu memiliki referensi
yang dikuasai oleh masa lalu yang kuanggap bisa untuk kuperbaiki ataupun ku revisi
dengan niat supaya pembaca yang lain bisa mengakui bahwa ini bukan karya
murahan. Awal perkenalan, buku itu tersampul dengan baik oleh lembaran tebal dan
berkualitas, gambar putih bening tanpa noda, penuh dengan prolog yang menggembirakan,
membuat penasaran, hingga niat penulis untuk membangun kisah semakin tergugah.
Dari sampulnya tidak ada lagi keraguan. Walaupun ini ceritanya sangatlah
panjang. Tidak cukup tahunan untuk menulisnya. Butuh seumur hidup. Dari cover-nya tak sedikitpun meragukan
niatku untuk membacanya. Niscaya buku ini adalah harapan dan rules of life untuk jangka waktu yang
panjang.
Buku ini kuciptakan disebuah kota yang pelik dan kasar. Kota
yang penuh dengan hingar bingar keganasan, kedengkian, dan kegundahan. Dicetak dari
perusahaan hati tanpa lokasi. Ditulis dengan tetesan tinta yang lupa dan
pongah. Terbit dalam waktu singkat dan diterbitkan langsung dalam cita yang tak
pernah padam. Namun Mei ini baru bisa kumulai. Tanpa ada referensi memadai penulis
siap merangkum dari banyak pelakon dalam buku ini.
Buku ini kuawali dengan kata pengantar. Yang intinya aku
mengucap banyak terima kasih kepada Penguasa Semesta yang sudah mempertemukan logika
dengan kenafikan. Ucapan terima kasih juga buat banyak orang yang selalu
memperkuat kualitas buku yang sering mengkritik bahkan menghayutkan isi buku
ini tanpa ada kelengkapan solusi.
Sangatlah pantas aku ucapkan terima kasih
untuk dua tiga orang editor buku ini yang sampai sekarang mereka masih saja
berjuang dalam pergumulan satu langkah untuk menjadi seperti pelakon, pergi dan
hilang tanpa kabar. Terakhir sekali ucapan terima kasih kusampaikan untuk sinar
matahari yang selalu menjadi penerang dan hadir setiap pagi, bulan yang menjadi
penerang malam. Tak luput aku lupa terima kasih untuk jalanan kota yang mungkin
bosan melihat buku yang sedang mengukir session
demi session isi buku ini. Wah, ada
banyak kuucapkan terima kasih untuk beberapa pembaca, tanpa henti menambah
kualitas konteks dan teks buku itu.
Aku sampaikan kepada pembaca bahwa buku ini dilarang
mengutip, memperbanyak, mengulangi, dan menerjemahkan ke dalam hati karena ini
adalah pengalaman logika yang bersaing dengan keinginan. Ini membutuhkan waktu untuk jadi bahan bacaan. Hari ini hari sangat
spesial karena sesungguhnya merampungkan semua buku ini adalah anugerah dan kebahagiaan. Sekalian
aku kembali dalam masa kenangan. Kusampaikan “special thanks” untuk pelakon buku
ini.
Tags : Linimasaku