13 Strategi Pendidikan di Finlandia
Strategi adalah cara atau
metode yang digunakan seseorang atau lembaga untuk mencapai sesuatu. Strategi
adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaa gagasan, perencanaan, dan eksekusi
sebuah aktivitas dalam kurun waktu.
Strategi ini tidak stagnan, bisa berubah kapan saja. Tergantung kondisi yang
dihadapi. Dalam kehidupan sehari-hari misalnnya jika kita membuat sebuah strategi
mencapai sesuatu bisa saja hal itu berubah setelah melihat dan melanjutkannya.
Begitu juga dalam
pendidikan, strategi pendidikan yang sudah diterapkan bisa dievaluasi kembali keberhasilannya.
Seiring perubahan jaman dan permintaan. Strategi pendidikan juga bisa berubah
kapan saja. Perlu sebuah referensi untuk menetapkan sebuah kebijakan
pendidikan. Belajar dari negara yang sudah berhasil.
Bagaimana jika kita
berbicara pendidikan di negara Finlandia. Salah satu negara yang memiliki
kebijakan yang paling baik mengenai pendidikan. Negara yang berada di Benua
Eropa ini memiliki kebijakan terbaik pendidikan saat ini. Banyak negara menjadi
negara ini sebagai grand master pendidikan.
Adapun keunggulan kebijakan negara Finlandia yang dapat juga dilihat dalam tulisan
Tukiman Taruna dengan judul bukunya Siklus Masalah Pendidikan Indonesia. Tiga
belas strategi tesebut akan dijelaskan dalam tulisan ini.
- Pemerintah Finlandia menetapkan anggaran pendidikan paling tinggi dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Meski ada ada juga negara yang lebih tinggi. Ini menjadi sebuah peluang bagi sebuah negara untuk mewujudkan pendidikan lebih baik.
- Sistem pendidikan di Finlandia tidak memaksa siswanya untuk menambah jam-jam belajar, beban tugas rumah, dan tidak membebankan siswanya dalam ujian. Siswa di sana mewajibkan anak masuk sekolah pada umur 7 tahun dan hanya 30 jam belajar per minggu.
- Finlandia menganggap bahwa ujian yang dilakukan kepada siswa, akan membuat kualitas siswa tersebut menjadi tidak baik. Menguras pikiran, menghacurkan tujuan siswa tersebut dalam belajar, serta tidak ingin ujian hanya dijadikan sebagai langkah lolos sekolah saja.
- Pada usia 18 tahun siswa mengambil ujian untuk mengetahui kompetensi dan kualifikasinya. Apakah pada tahap tersebut ada ketertarikan dan penyesuaian terhadap perguruan tinggi. Faktanya dua pertiga lulusan tiap tahunnya itu melanjutkan ke perguruan tinggi.
- Kualitas guru menjadi prioritas. Profesi guru di sana
sangatlah dijaga dan menjadi guru di sana bukanlah dengan gaji tertinggi. Lulusan
sekolah menengah terbaik justru untuk mendaftar sekolah pendidikan, namun
faktanya sulit untuk masuk ke sekolah tersebut.
- Guru bebas menggunakan metode pembelajaran apa pun
yang mereka sukai, kurikulum dirancang sendiri, dan mencari buku yang mereka
minati sendiri.
- Guru sangat menghindari kritik terhadap kualits pekerjaan siswa. Guru mendukung setiap pembelajaran dan hasil kerja yang dibuat oleh siswa. Setiap setiap membandingkan kualitas tugasnya dengan sebelumnya. Bukan membandingkan dengan siswa lainnya. Inilah salah satu budaya yang dibangun oleh guru di sana.
- Guru dituntut memiliki kompetensi yang tebaik. Mampu
menjaga toleransi dan penuh dengan kesabaran kepada proses belajar siswa. Jika guru
tidak berhasil, maka akan ada evaluasi untuk perbaikan.
- Siswa diajarkan untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Mulai
sejak dini siswa sudah diajarkan nilai ini. tujuannya jika siswa sudah berlatih
memahami dan mengevaluasi dirinya sendiri, maka otomatis mereka akan melatih
dirinya lebih baik.
- Siswa yang lambat memahami pelajaran akan diberikan perhatian yang
insentif. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa akan sangat jarang
perbedaan antara siswa yang tidak mampu dengan yang mampu dalam pembelajaran.
- Dalam belajar siswa dibuat belajar mandiri. Siswa akan lebih banyak belajar jika diberikan kebebasan dalam mengambil pelajaran yang diminatinya.
- Remedi bukanlah hal yang dianggap sebagai kegagalan,
tetapi sebagai kesempatan untuk perbaikan.
- Di sana tidak mengenal model rangking. Perangkingan hanya mendorong guru berfokus pada segelintir siswa yang dianggap mampu dan terbaik.
Inilah tiga belas kebijakan
dan strategi pendidikan di Finlandi. Jangan bandingkan dengan Indonesia, karena
kita belum sampai tahap perbandingan. Namun, strategi bisa digunakan untuk
mengambil sebuah tindakan untuk pendidikan lebih baik.
Tags : Jurnal Sosiologi